“Learning Organization” Bukan Cuma Slogan

Dalam konteks saat ini, konsep learning organization seringkali menjadi satu jurus ampuh untuk berkelit dari kekalahan persaingan bisnis. Kasus Microsoft contohnya. Saat itu di tahun 1990an Microsoft nyaris terlempar dari pasar industri teknologi informasi dan Internet, lantaran terlambat menyadari pentingnya teknologi internet.

Di era awal lahirnya, hampir semua pengguna internet melakukan browsing/surfing menggunakan piranti lunak besutan Netscape, yang bernama Netscape Navigator. Beruntung para petinggi Microsoft segera menyadari kelemahan strategi mereka, dan saat itu pula mereka melakukan perubahan guna menandingi browser Netscape tersebut. Dan hasilnya sekarang kita lebih mengenal dan lebih sering berselancar di dunia maya dengan menggunakan Microsoft Internet Explorer.

Contoh diatas memberikan ilustrasi bahwa tanpa proses pembelajaran yang cepat, mungkin Microsoft sudah tertinggal dan tergilas oleh arus perubahan yang berlangsung. Beruntung, mereka memiliki learning infrastructure dan learning culture yang solid, sehingga dapat segera bertindak dan berpikir secara cepat untuk merespon perubahan bisnis yang ada.

Lalu bagaimana mewujudkan learning organization agar organisasi tidak tergilas oleh persaingan bisnis saat ini?

Konsep Learning Organization dipopulerkan pertama kali oleh Peter Senge yang melontarkan gagasannya dalam buku Fifth Discipline. Menurut Peter Senge ada lima disiplin (lima pilar) yang membuat suatu organisasi menjadi organisasi pembelajar yaitu :

  • Personal Mastery – belajar untuk memperluas kapasitas personal
  • Mental Models – proses bercermin, berkesinambungan, memperjelas, dan meningkatkan gambaran diri kita tentang dunia luar
  • Shared Vision – membangun rasa komitmen dalam kelompok tentang masa depan dan cara kita mencapai tujuan masa depan tersebut.
  • Team Learning – mentransformasikan pembicaraan dan keahlian berpikir (thinking skills) suatu kelompok.
  • Systems Thinking – cara pandang, cara berbahasa untuk memahami kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari suatu sistem. Faktor disiplin kelima ini membantu mengubah sistem agar lebih efektif.

Dari 5 (lima) pilar diatas, dapat diperjelas kembali bahwa membentuk learning organization memerlukan komitmen yang kuat dari para leader dan top management. Upaya untuk membentuk learning organization merupakan upaya transformasional atau perubahan yang tidak hanya mengubah kultur kerja tetapi juga menginvestasikan perangkat pendukung, infrastruktur, media dan proses pembelajaran itu sendiri yang tidak sedikit membutuhkan biaya.

Penggunaan Competency Mapping (peta kompetensi) yang berisi kelengkapan kompetensi human interaction effectiveness, leadership, characters, kompetensi teknis, pengetahuan industri beserta teknologinya menjadi prasyarat mutlak jika sebuah organisasi ingin berhasil membangun learning organization. Dengan mengatakan dirinya sebagai learning organization tidak serta merta pula berarti sebuah perusahaan berubah menjadi learning organization.

Lalu bagaimana dengan perusahaan yang kita cintai ini, apakah seperti itu? Dan Simpson mengatakan bahwa Learning Organization memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.      Orang-orang merasakan mereka melakukan sesuatu yang berarti –  baik bagi mereka secara personal maupun dalam konteks dunia yang lebih luas. (Karyawan bekerja bukan hanya karena mereka membutuhkan penghasilan tetapi lebih dari itu)

2.      Setiap individu di organisasi berkembang, bertumbuh dan memperbesar kapasitasnya untuk berkreasi.

3.      Manusia akan lebih ‘pintar’ jika bekerja bersama daripada bekerja sendirian. Jika anda ingin sesuatu yang kreatif muncul tugaskan team untuk melakukannya (ide dasar dari proposisi ini adalah ppulernya team based organization – bekerja dengan banyak orang akan menghasilkan resultan ide dan kinerja yang lebih baik)

4.      Visi dari arah perusahaan haruslah muncul dari semua tingkatan organisasi, sehingga mereka bisa memahami bagaimana tindakan mereka saling mempengaruhi satu sama lain.

5.      Karyawan bebas melakukan eksperimen, mengambil risiko dan secara terbuka menilai hasil yang telah dicapai. Tidak ada seorangpun yang ‘dibunuh’ karena melakukan kekeliruan

6.      Memperlakukan sesama karyawan sebagai rekan kerja, adanya rasa saling menghormati dan percaya satu sama lain. Saling berbicara dan bekerja bersama tanpa memandang tingkatan dan jabatan.

Nah apakah hal-hal tersebut sudah dapat di rasakan sebagai bagian dari keluarga besar di Organisasi anda? Apakah Organisasi anda sudah menjadi sebuah learning organization? Atau sedang menuju kesana? Atau belum sama sekali?

Terlepas dari kondisi ideal diatas, tidak ada sesuatu yang sempurna, yang terpenting adalah Continues Improvement di segala aspek. Dan masalah penilaian apakah kita sudah menjadi learning Organization, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat, dan silahkan kami kembalikan pada analisa para pembaca masing-masing.

Source URL : http://anomph.blogdetik.com/2010/08/31/%E2%80%9Clearning-organization%E2%80%9D-bukan-cuma-slogan/

Leave a Comment

Please note: Comment moderation is enabled and may delay your comment. There is no need to resubmit your comment.